Judul : Distilasi Alkena
Penulis : Wina Nagara
Penerbit : mediakita
Tahun Terbit : cetakan 5, 2019
Ukuran : 160 hlm ; 13x19 cm
ISBN : 978 – 979 – 794 – 574 – 9

Melihatmu, pemandangan terindah membuat hatiku semakin berdarah
Mendengarmu, alunan nada paling merdu membias cuaca semakin sendu
Mengingatmu, penyiksaan terbaik membuat air mata deras menitik
 Meraba pelukmu, cambukan teristimewa membuat ragaku sakit oleh kecewa
Merapal jejakmu, langkah paling tepat menginjak lara yang semakin pekat
Dan mengikhlaskan kepergianmu,sebuah prestasi yang masih sebatas mimpi

 Sebab seribu pelukan takkan mampu menahan satu rencana kepergian

Tuhan, bila mendambanya adalah sebuah sakit maka jangan pernah beri aku sembuh. Bila menyayanginya adalah kesalahan maka jangan pernah tunjukkan aku sebuah kebenaran. Bilamencintainya adalah sebuah dosa maka berikan tempat terindah bagiku di neraka.
Berbahagialah dalam janji suci, wahai hati yang tak pernah bisa aku miliki
Selamat menempuh hidup baru, dari aku yang gagal menikahimu..

- Pandemi Hepatomegali -

Distilasi Alkena adalah sebuah proses memisahkan dua hati yang pada dasarnya tak bisa dipisahkan karena suatu ikatan perasaan. Walaupun dalam perjalanannya, hati akan tumbuh untuk bisa merelakan.

Karena cepat atau lambat, entah maut atau orang lain yang menyebabkan, hubungan selanggeng apa pun akan dapat dipisahkan. Maka, yang terbaik adalah mencintai dalam keikhlasan.
Sebab, ribuan pelukan akan tetap menguap bila dihadapkan sebuah perpisahan.

-.-

Sederhana. distilasi alkena mengangkat nama atau istilah asing untuk mejadi judul dari setiap karya yang ditulis Wira Nagara dalam buku ini. Meski asing, penulis akan memberikan catatan kaki terkait makna dari judul dan filosofinya.

Cinta memang sederhana, rasa ingin memiliki yang membuatnya rumit. Begitulah makna dari untaian kata yang disuratkan penulis. Puisi-puisi ini memiliki makna yang dalam untuk mencintai, untuk mensyukuri sakit, untuk merelakan.Sederhana namun menohok. Begitulah Wira Nagara mengambarkan cinta dan kepergian.


“Denganmu, jatuh cinta adalah patah hati yang paling sengaja.” – hlm 102.


Dengan adanya ilustrasi di beberapa bagian, membuat setiap kata yang tersuratkan terasa semakin hidup. Pembaca jadi lebih tau, apa makna yang sebenarnya ingin penulis sampaikan. Sayang, penataan layout dengan adanya quotes di tengah karya mungkin akan membuat pembaca bertanya, apakah ini kelanjutan dari cerita, atau hanya sekadar kata?

Untuk kamu yang sedang belajar merelakan, mungkin buku ini pantas untuk kamu baca. Agar kamu tau, apa makna mencintai dan patah hati, yang sesungguhnya.

Sekian. Selamat Membaca!